top of page

Barranquilla - Kolombia dengan bersepeda pt. 3

Setelah 72 kilo meter bersepeda sehari sebelumnya dari Ciénaga, tubuh kami berteriak minta istirahat. Jadi, kami sandarkan sepeda kami selama beberapa hari dan berkeliling dengan berjalan kaki di Barranquilla.


Menurut kami kota asal Shakira, penyanyi sexi dan terkenal ini cukup besar dan menarik untuk naik bus dan menjelajah. Kami lebih percaya diri untuk keluar dan berjalan di jalan dan merasakan suasana latin yang memancar dari jalanan. Faktanya, bukan hanya jalanan yang terjadi. Kami berkeringat seperti air mancur - khususnya Luís - yang membuat kami sering kehausan. Enaknya di sini adalah kami bisa membeli jus buah alami dan segar dengan mudah. Banyak sekali tempat yang menjualnya dengan harga yang sangat terjangkau. Kalau di rupiahkan, kira-kira harganya Rp. 5000 segelas besar.


Di sini, kami beli dua botol termal biru yang menjaga air tetap dingin selama 2 jam. Sejak itu, setiap kali kami membeli air, kami memasukkannya ke dalamnya dan membuat diri kami segar. Botol-botol ini akan menemani kami hingga akhir perjalanan di Amerika Selatan, Ushuaia.


Pusat Kota Barranquilla

Kami berjalan ke alun-alun San Nicolas dan aku mengambil beberapa foto. Luís menyukai warna gereja dan kehidupan di sana. Dia duduk dan mulai mengamati tinto - begitulah mereka menyebut kopi tradisional. Dia memperhatikan orang-orang yang lewat dan mereka yang duduk di tempat teduh, dengan harapan angin sepoi-sepoi akan mengeringkan baju mereka. Ketidaknyamanan itu tidak menghentikan Luís untuk menggambar, meski tangannya yang berkeringat mulai menempel di kertas gambarnya.


Begitu garis gambar pertama muncul, mereka yang tidak melakukan apa-apa selain berdiri di sana mendekat untuk melihat. Mereka memberikan komentar gratis - berdiri dan menganalisis seolah-olah mereka sedang menonton pertandingan sepak bola. Luís kira akan mudah untuk beradaptasi dengan udara yang tropis, tekanan dari orang-orang sekitar, bahasa, budaya... Tapi tidak, tidak ada yang mudah. Ketidaknyamanan bekerja melawan konsentrasi. Setiap kali dia sampai di zona itu, seseorang akan segera mengatakan sesuatu atau terlalu dekat dan membawanya kembali ke realitas Barranquilla.


Setelah 1 jam 30m berusaha, Luís menyelesaikan sketsa tersebut. Dengan cara yang lebih realistis untuk memahami gambar dengan warna dan garis, orang-orang menghadiahinya dengan komentar positif dan bertanya apakah dia akan mengulanginya lagi di kanvas yang lebih besar. Atau berapa harga gambar seperti itu. Dan pada akhirnya, ada seorang pria, yang hampir tidak bisa kami perhatikan yang mana memberi tahu kami,


"Di tahun 20-an, ada terminal bus tepat di depan gereja dan ada banyak kegiatan yang terjadi. Hari ini hanya alun-alun yang penuh dengan burung merpati", katanya sambil tertawa!


Lihat di sini untuk melihat hasil lukisan yang Luís buat!


Puerto Kolombia

Michael, tuan rumah kami di Barranquilla ingin mengayuh sejauh 16 km bersama kami ke Puerto Kolombia. Kami bangun jam 7 pagi dan seorang teman Michael bergabung dengan kami dalam perjalanan. Kami langsung pergi ke rumah di mana kami akan melakukan CouchSurfing - untuk kedua kalinya. Sesampainya di sana, kami menurunkan 'bagasi' dan kemudian pergi bersama mereka untuk menjelajahi kota.


Puerto Kolombia sendiri adalah sebuah kota kecil berbentuk bujur sangkar. Kota ini tidak memiliki lebih dari sebuah gereja kecil yang lucu dan pantai. Jika bukan seorang teman yang menyarankan kami untuk tinggal di rumah Liliana, kami pikir Puerto Colombia tidak akan di dalam rute kami.


Hari itu panasnya sangat menyengat sehingga kami langsung pergi ke pantai. Bersepeda di cuaca panas begini membuat kami kelelahan sehingga dalam waktu kurang dari 5 menit, kami tertidur di bawah bayang pohon yang teeduh. Kami terbangun oleh suara laut, kaki kami terkubur di pasir hitam. Pantai berpasir hitam ini membuatku menyadari kalau apa yang dikatakan Luis benar. Setelah Bahia Concha, kita mungkin tidak akan menemukan pantai yang bagus - pasir putih dan air yang hangat - untuk waktu yang lama. Luis memanfaatkan kesempatan ini untuk berselancar.


Setelah itu, kami kembali ke rumah dan menghabiskan sisa malam itu untuk cerita dengan teman couchsurfing lainnya dan tuan rumah serta pendongeng kami, Liliana.

 

Tujuan kami selanjutnya adalah Cartagena!!!


Kami tidak sabar untuk menjelajahi salah satu kota ikonik di Kolombia. Namun, kami memiliki tantangan besar untuk pergi ke sana - kami harus mengayuh sepeda sejauh 114 km! Wah, kami tidak PD! Kami juga dengar kalau sepanjang jalan akan tidak ada apa-apa karena kami aka lewat tol. Dan lagi, hanya kurang dari sebulan sejak kami memulai perjalanan ini. Bagaimana menurutmu? Menurut kalian kami bisa? Mari kita lihat...


 




SEDIKIT
TENTANGKU

Selamat datang di KLETIKANKU!

 

Di sini, saya bercerita petualangan, pengalaman, dan gaya hidup yang kuyakini baik untukku.

Tidak ada daftar 10 teratas di sini.

Saya juga punya video-video yang

saya dan Luís buat selama perjalanan kami - di bawah ini!

 

Saya lebih dikenal sebagai Anyisa, seorang pesepeda turing Indonesia.

Jangan lupa ikuti saya di Instagram!

ARTIKEL TERKAIT

namibia dg bersepeda.jpg

eBook

Namibia dengan Bersepeda

namibia dg bersepeda2.jpg
kotak.jpg
Flazz BCA
Mandiri E-Toll

atau

Uang elektronik bertema bike touring yang bisa digunakan untuk transaksi non tunai: Membayar tol dan parkir, belanja di minimarket, dll. Mau?

bottom of page