top of page

Kamu Butuh Air? - Namibia dengan Bersepeda pt. 4

“Kita tidak bisa begini lebih lama lagi.”
“Kita harus mencari trik lain jika kita ingin mempertahankan cara bepergian ini.”

Itulah yang kami pikirkan sejak kami tiba di Solitaire.


Meskipun aku dan Luís memiliki pengalaman lebih dari 11000 km mengayuh sepeda kami di Amerika Selatan, bukan berarti mudah bagi kami untuk melakukannya di tempat lain. Setiap tempat memiliki cuacanya sendiri, setiap tempat memiliki lingkungannya sendiri, setiap tempat memiliki tantangannya sendiri. Termasuk Namibia.


Sejak kami meninggalkan Windhoek, siang hari sangat panas, dan malam bisa sangat dingin. Minimnya pengetahuan tentang cuaca membuat kami menyesal mengirim kantong tidur hangat kami ke rumah. Kami menjadi "Michelin Duo" di malam hari. LOL.


Karena kami tidak dapat menikmati bagian pertama, kami mengubah trik kami. Untuk melihat apakah itu berhasil atau tidak, kami mencoba untuk bangun lebih awal dan mencoba mengayuh sepuasnya atau setidaknya sampai titik berikutnya yang kurang lebih tempat di mana kami dapat berkemah.


Sebagai orang yang tidak suka bangun pagi, bagiku ini cukup menantang. Tidak hanya bangun pagi, tetapi aku harus berkomitmen pada diri sendiri bahwa aku juga harus menikmati prosesnya. Dan dengan cara ini, aku bisa mengatasi keterbatasanku dan membawa kegembiraan bagi Luís juga. Mengapa kita melakukan apa yang tidak bisa kita nikmati, bukan?


Pola pikir ini membawa kami ke pemandangan yang luar biasa di pagi pertama kami meninggalkan Solitaire. Kami bertemu banyak satwa liar!!!



Kami sadar bahwa kami sebenarnya dapat melihat lebih dekat satwa liar di pagi hari saat matahari mulai naik. Alih-alih berlari seperti biasanya begitu mereka tahu kami ada di sana, mereka menatap kami. Dan pengalaman ini membuat kami berpikir bahwa kami tidak perlu membayar ekstra untuk melakukan safari. Alam terbuka ini sudah menjadi safari kami!


Begitu matahari berada di atas kepala kami, kami berhasil mencapai titik terakhir kami pada hari itu. Kami berhenti di sebuah lembah. Ada bangku piknik di samping tepi sungai yang kering. Meskipun kami sepenuhnya di tempat yang teduh, namun lalat-lalat di sana mengerikan. Kami harus menggunakan kelambu untuk makan. Jika tidak, kita bisa mendapatkan beberapa suplemen tambahan untuk makan siang kala itu.


Malamnya, kami mengetahui bahwa lembah adalah 'tempat terlarang' untuk bermalam. Selain tidak ada angin yang bisa meniup lalat-lalat, parahnya lagi, kami mendengar 'miaow' di tengah malam... Bisakah kamu bayangkan seberapa besar kucing itu?


Kamu butuh air?

Sejujurnya, jalanan yang berombak dan naik-turun berpadu dengan suhu udara diatas 40oC dan angin kencang dari depan adalah kombinasi yang paling buruk disepanjang petualangan kami. Saking panasnya, kami hampir tidak berkeringat. Keringat kami menguap bersamaan dengan semangat kami. Pohon dan tanaman lama-lama makin sedikit, perlahan berganti dengan lembah berbatu.

Sementara Matahari bersinar dengan kuat, tidak ada angin yang berhembus di tengah-tengah lembah. Saat itulah ketika lalat menyerang kami. Menjijikkan!

Beberapa hari itu adalah hari-hari yang sangat berat. Aku ingin menangis setiap kali aku sampai diatas bukit dan aku masih melihat 3 sampai 5 bukit di depan mataku tetapi tidak ada satu pun pohon diantaranya. Tidak ada habisnya... Saat itu aku bertanya kepada diriku sendiri apakah ini memang layak untuk diperjuangkan atau kah hanya kekeras kepalaan kami belaka. Aku merasa ingin menyerah dan meminta tumpangan setiap kali aku melihat truk lewat.


Lucunya, setiap kali aku ingin menyerah ada saja yang terjadi dan mengangkat semangatku. Beberapa turis yang lewat berhenti dan menanyakan apakah kami memerlukan air atau bahkan mereka memberi kami makanan tanpa kami minta. Contoh-contoh simple inilah yang membantuku untuk tetap semangat. Semua energi positif yang kami terima meringankan bebanku, menarik otot pipiku kesamping, menunjukkan senyum lebarku, dan menjadikan kekuatan otot-otot kakiku.

Aku terkejut bisa menemukan sisi kemanusiaan dari manusia yang sudah jarang bisa dilihat dijaman sekarang ini. Rasanya begitu nyaman.

 

Kami membutuhkan waktu 4 hari untuk mengayuh sepeda sejauh 280 km dari Solitaire ke Swakopmund. Pada akhirnya, kami tidak mengambil tumpangan apa pun sampai Swakopmund dan mengayuh dengan gembira!



 


SEDIKIT
TENTANGKU

Selamat datang di KLETIKANKU!

 

Di sini, saya bercerita petualangan, pengalaman, dan gaya hidup yang kuyakini baik untukku.

Tidak ada daftar 10 teratas di sini.

Saya juga punya video-video yang

saya dan Luís buat selama perjalanan kami - di bawah ini!

 

Saya lebih dikenal sebagai Anyisa, seorang pesepeda turing Indonesia.

Jangan lupa ikuti saya di Instagram!

ARTIKEL TERKAIT

namibia dg bersepeda.jpg

eBook

Namibia dengan Bersepeda

namibia dg bersepeda2.jpg
kotak.jpg
Flazz BCA
Mandiri E-Toll

atau

Uang elektronik bertema bike touring yang bisa digunakan untuk transaksi non tunai: Membayar tol dan parkir, belanja di minimarket, dll. Mau?

bottom of page