top of page

Pesepeda Tidak Bayar! - Namibia dengan Bersepeda pt. 3


Solitaire

Solitaire bukanlah sebuah desa. Ini adalah area perhentian kecil antara Windhoek - Sossusvlei atau Sossusvlei - Walvis Bay. Tempat ini memiliki pompa bensin, kantor pos, toko kelontong, penginapan mewah kecil, dan toko roti - oasis bagi para turis.


Kami beruntung bisa bertemu dengan Marian. Dia adalah manajer Solitaire. Hal pertama yang dia katakan ketika Luis mengatakan kepadanya bahwa kami bersepeda dan mencari tempat untuk berkemah adalah,


'Pesepeda tidak bayar!'

Dan tidak berakhir di situ saja. Di malam hari angin timur bertiup kencang. Keesokan harinya kami bangun dengan tertutup pasir di dalam tenda. Mulut dan hidungku penuh pasir . Yuck! 'Konyol juga untuk memaksa bersepeda ke Sossusvlei', pikirku. Setelah berdiskusi cukup lama, aku dan Luís memutuskan untuk mencari tumpangan ke Sossusvlei.



Kagetnya, kami tidak mencari sendiri. Para pekerja di Solitaire membantu kami mendapatkan tumpangan ke Sossusvlei. Mereka bertanya kepada turis-turis yang berhenti apakah mereka punya tempat kosong dan ingin membawa kami. Sayangnya, tidak ada yang mau memberikan tumpangan kepada kami. Memahami kondisi kami, Ms. Marian mengatur sebuah kamar di penginapan untuk kami malam itu secara gratis. Oh-Mai-Gad!


Sekali lagi, aku merasa senang bepergian dengan sepeda.


Sossusvlei

Semua orang berkata kalau kamu belum ke Sossusvlei, kamu belum berada di Namibia.


Jadi, aku dan Luís pergi ke sana pada hari berikutnya. Kami mendapat tumpangan dari seorang sopir truk yang harus membawa mobil ke sebuah penginapan di dekat Sossuvlei. Kami harus membayarnya NAD260 untuk kami berdua. Biasanya kami menghindari membayar hal semacam ini karena dia sudah dibayar oleh perusahaannya dan kami pergi searah. Namun, fakta bahwa kami membutuhkan dua hari untuk mendapatkan tumpangan membuat kami cukup kecewa dan menerima harga itu.


Terima kasih kepada para pekerja di Solitaire yang membantu kami mendapatkan tumpangan membuat kami sedikit lega. Semua ini mengingatkan bahwa kami tidak sendiri.


Sossusvlei jelas bukan tempat yang murah untuk dikunjungi. Karena lokasinya, ada beberapa batasan seperti kami tidak boleh menggunakan sepeda motor maupun sepeda untuk masuk ke dalam taman. Juga tidak diperbolehkan untuk berkemah di dalam taman. Sedangkan Sossusvlei masih berjarak 60 km dari Sesriem - sebuah desa di gerbang taman. Dengan ini kami harus mencari lift lain.


Untungnya, kami bertemu pasangan yang sangat baik dari Jerman. Mereka membawa kami ke Dune 45 saat matahari terbenam. Sungguh menakjubkan, mengagumkan, mencengangkan, atau kata lain yang mewakili pemandangan, sebut saja!


Bukit-bukit pasir klasik dengan bentuk 'S' memiliki warna yang berbeda di setiap sisinya yang biasanya cuman di wallpaper komputerku seumur hidup ada di depan mataku sekarang.

Eyegasm.


Deadvlei

Pagi itu angin timur bertiup kencang. Tempat parkir Deadvlei penuh dengan pasir berterbangan. Orang-orang menutupi wajah mereka dengan buff dan kacamata hitam, melihat ke tanah, menghindari pasir masuk ke mulut atau mata mereka.


Dari tempat parkir, kami harus berjalan 1,1 km di pasir lepas untuk mencapai lembah mati. Saat kami tiba di 'panci' tanah liat putih yang terkenal ini, aku menyadari betapa besarnya tempat ini. Dari foto-foto yang saya lihat sejauh ini, mereka tidak pernah benar-benar menunjukkan ukuran tempat ini. Biasanya hanya berfokus pada kontras antara pohon akasia mati dengan bukit pasir. Nyatanya, tempat ini cukup besar sehingga orang-orang bisa berpencar dan mengambil foto klasiknya tanpa perlu khawatir ada orang di dalam bingkai.


Bagiku, tempat ini seperti tidak nyata. Lembah mati ini sangat panas, berangin, berpasir, tetapi tempat ini jauh dari kondisi yang tidak menyenangkan itu semua. Entah bagaimana, ada keajaibannya yang membuatku senang berada di sini.


Bahkan Luís mencoba yang terbaik untuk menggambar pemandangan unik ini selama kami di sini. Kuasnya menjadi berpasir saat dia membelai cat airnya ke kertas. Cat airnya mengering terlalu cepat dari perkiraannya. Aku yakin dia frustrasi pada awalnya, tetapi memang begitu lah... Lebih baik menerima hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan dan menerima apa yang kita miliki. Bagi Luis, aliran air dalam bukunya juga termasuk.



 

Setelah ini, aku dan Luís akhirnya mengayuh ke utara sampai Portugal. Hanya dengan memikirkan konsep ini, kami sudah gembira sekali! JANGAN KETINGGALAN, YA!


Kalau kamu suka ceritaku, silakan bagikan ke keluarga dan teman-temanmu! Cheers!


 



SEDIKIT
TENTANGKU

Selamat datang di KLETIKANKU!

 

Di sini, saya bercerita petualangan, pengalaman, dan gaya hidup yang kuyakini baik untukku.

Tidak ada daftar 10 teratas di sini.

​

Saya juga punya video-video yang

saya dan Luís buat selama perjalanan kami - di bawah ini!

 

Saya lebih dikenal sebagai Anyisa, seorang pesepeda turing Indonesia.

Jangan lupa ikuti saya di Instagram!

ARTIKEL TERKAIT

namibia dg bersepeda.jpg

eBook

Namibia dengan Bersepeda

namibia dg bersepeda2.jpg
kotak.jpg
Flazz BCA
​
Mandiri E-Toll

atau

Uang elektronik bertema bike touring yang bisa digunakan untuk transaksi non tunai: Membayar tol dan parkir, belanja di minimarket, dll. Mau?

bottom of page