top of page

Rodadero & Cienaga - Colombia dengan bersepeda pt. 2

“Kami ingin sekali menerima kalian berdua di rumah sederhana kami”

Kalimat ini adalah awal dari pertemuan dua orang asing yang menjadi keluarga kami di Ciénaga.


 

Sehari sebelumnya

Hari dimulai tanpa kata. Kami mengemasi barang-barang kami dan meninggalkan teluk Concha, meskipun jauh di lubuk hati kami ingin tinggal di sini lebih lama. Pagi yang segar membuat kami ingin pergi secepat mungkin untuk bisa menikmati terpaan angin pagi.


Kami masih ingat bagaimana jalanan Tayrona Park yang berbukit dan bergelombang membuat kami tidak percaya diri. Dan fakta bahwa kami tahu betapa tidak siapnya kami, ketakutan kami menjadi kenyataan. 2 km pertama sulit. Kami harus mendorong sepeda kami sebelum jalanan menjadi agak datar sehingga kami bisa mengayuh lagi. Hujan dari tadi malam membuat jalan semakin becek. Huh!


Tantangan kami tidak berhenti sampai di situ. Ketika kami melewati Santa Marta, GPS bodoh kami menunjukkan ke jalan yang kami rasakan sebagai daerah yang kurang aman dengan jalan terjal yang mematikan. 26 derajat! Coba bayangkan?! Meskipun Luis memintaku untuk tidak berhenti, tetapi aku tidak bisa - kami berdua tidak bisa. Pada akhirnya, kami berdua berhenti. Selangkah, demi selangkah kami dorong sepeda kami dengan peluh yang sudah kami hiraukan.

Awalnya, kami ingin pergi tanpa rencana dan berhenti setiap kali kami merasa capek. Tapi, begitu lelah datang, semuanya sudah terlambat. Bepergian dengan sepeda dan semua pannier ini ke berbagai tempat bisa berbahaya bagi keselamatan kami. Apalagi dengan cerita-cerita yang kami dengar tentang Kolombia, cara kami bepergian bukan ide yang terbaik! Tapi, nasi sudah menjadi bubur, jadi yang kami bisa lakukan adalah mencari solusi.


Dengan energi yang tersisa, kami mencari tempat yang kami pesan sebelumnya tetapi ternyata, alamat kami salah! Sial! Luís meminta penduduk setempat untuk menghubungi nomor tersebut tetapi kami menemukan bahwa kamar tidak tersedia. Pencarian berlanjut...


Lalu tiba-tiba, ada beberapa anjing menggonggong pada kami dan mengejar sepeda kami! Aku sangat takut! Anjing adalah makhluk yang tidak pernah aku sukai. Aku bahkan dapat mengatakan bahwa aku takut pada mereka. Dengan semua kejadian saat itu, rasanya aku ingin menangis sejadi-jadinya dan bertanya ke diriku sendiri, “Apa sih yang aku lakukan di sini?!?”.


Setelah kerja keras yang kami lakukan hari itu, akhirnya kami menemukan tempat dengan harga yang masuk akal. Kami merasa bersyukur memiliki tempat tidur yang bagus dengan selimut bersih, pancuran segar, dan AC! Semua itu terasa seperti sepotong kecil surga bagi kami. Dari pengalaman ini, kami belajar bahwa kami harus merencanakan dengan baik sebelum pergi.


Kami tidur lebih awal pada malam itu untuk mempersiapkan fisik ke Ciénaga keesokan harinya. Dan yang mengejutkan, perjalanan itu ternyata menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan dalam tur sepeda kami di Kolombia!

 

Bunyi alarm mengejutkan kami! 4.30 pagi. Sudah waktunya untuk bangun. Kami mencoba memulai hari lebih awal dan menjadikannya kebiasaan kami karena Kolombia memiliki cuaca yang tidak mengenakkan setelah jam 9 pagi. Panas dan kelembapan tinggi bukanlah elemen terbaik untuk perjalanan yang menyenangkan. Meskipun setiap kali alarm berbunyi, badan ini sangat sulit untuk turun dari tempat tidur.


Sekali lagi, kami packing. Kami kemasi barang-barang kami dan meninggalkan hotel menuju Ciénaga. Hari itu adalah pertama kalinya kami bertemu dengan begitu banyak pesepeda di jalan. Melihat mereka bersepeda begitu cepat, memotivasi kami untuk mengayuh sepeda kami lebih keras, dan menjadi seperti mereka! Tiap kali mereka melewati kami, kami saling sapa. Kami mengambil jalan pintas ke Ciénaga dan meninggalkan jalan beraspal utama menuju jalan tanah dan berbatu.

Di jalan kecil ini, kami menyadari Luis dan aku lebih menyukai jalan tanah dan berbatu daripada aspal. Jalan ini tenang dan hijau. Jauh dari mobil yang tidak menghormati pengendara sepeda saat tidak ada bahu jalan. Mereka membunyikan klakson seolah-olah mereka adalah raja jalanan! Nantinya kami pelajari kalau mobil mengklakson berkali-kali bisa berarti itu adalah cara mereka mendukung pesepeda-pesepeda seperti kami.


Ciénaga

Ketika aku pergi ke resepsionis hotel untuk memeriksa apakah reservasi kami baik-baik saja dan kami bisa masuk. Luís tetap di luar - sangat sibuk dengan mobil, sepeda motor, orang-orang berteriak menjual air, es krim - dan di sanalah dia, memegang sepedaku dan mencoba mengendalikan situasi. Mustahil untuk tidak dilihat dan 'dihargai' oleh penduduk setempat. Seluruh barang yang kami punya memunculkan rasa ingin tahu dari mereka yang biasanya mengikuti jalan mereka yang biasa.


Tiba-tiba, seorang pria dengan road-bike merah menyapa Luís dan berkata dengan entengnya,


“Kami ingin sekali menerima kalian berdua di rumah sederhana kami”

Segampang itu!


Dia bernama José Franco. Saat berbicara dengan José dan mencoba mencari tahu orang seperti apa dia, seorang wanita datang - juga dengan sepeda dan perlengkapannya - yang memperkenalkan dirinya sebagai istrinya. José bilang bahwa dia mengundang kami untuk tinggal di rumahnya, dan dia langsung mengatakan ya dan tersenyum. Tidak lama, seseorang menyapa José seolah-olah dia adalah orang yang sangat ramah. Semua itu membuat Luís mulai percaya kepadanya.


Luís memberi tahuku apa yang terjadi dan akhirnya kami setuju untuk tinggal bersama keluarga José Franco. Tinggal bersama penduduk lokal biasanya menarik. Setelah membatalkan reservasi, kami mengikuti José ke rumahnya.


Rumah Jose agak sederhana. 'Dibangun sedikit demi sedikit, di mana rasa hormat dan disiplin menjadi fondasi utama pendidikan', katanya. Dia tinggal bersama putrinya dari pernikahan pertama (sudah meninggal), dua anak angkat dari pernikahan yang kedua, istri yang sekarang (pernikahan ketiga), dan seorang pembantu.


Hampir setiap hari, Jose bangun pagi dan mengayuh setidaknya sejauh 50 km. Jose memberi tahu kami bahwa dia sudah bersepeda selama lebih dari 30 tahun. Dimulai sebagai montir sepeda dan hasratnya bertumbuh. Dia selalu orang yang memiliki keyakinan, akunya.


Suatu hari, dia menabung COP 5.000 (Rp 20.000) dengan pekerjaannya untuk membeli sepatu lari. Saat itu COP 5.000 adalah gaji bulanan ibunya. Begitu ibunya mengetahui tentang harga sepatu, beliau menjadi marah. Dia menyeret telinganya dan membawanya ke tempat dia membeli sepatu untuk mengembalikannya! Dalam perjalanan pulang, sang ibu menyuruhnya berjalan pulang tanpa alas kaki. "Lihat bagaimana kamu tidak membutuhkan sepatu kets," kata ibunya José. Sekarang, dia menjadi guru di sebuah sekolah dengan siswanya yang berasal dari keluarga sederhana. Jadi, semua orang tahu dan menghormatinya karena kebijaksanaan dan kebaikannya.


Di hari yang sama, dia mengajak kami berkeliling dengan sepeda untuk mengetahui lebih banyak tentang kota Ciénaga. Kami menjelajah dan bertemu orang-orang yang menyenangkan - jika kami tidak bersama José, kami tidak akan melakukannya sendiri. Namun, tampaknya Jose bisa membaca pikiran kami dan mencoba mengubah perspektif kami menjadi kenangan indah. Sebelum pulang, kami membeli ikan dan José membuat supnya. Enak sekali!

Pesta Ulang Tahun

Keesokan harinya kami seharusnya melanjutkan perjalanan ke Barranquilla, tetapi hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun José. Keluarga meminta kami untuk tinggal lebih lama - setidaknya sehari lagi. Kenapa tidak?! Katakan padaku apa cara terbaik untuk mengenal budaya suatu negara yang lebih baik?!


Dekorasi telah diatur dan sebuah kue sudah dibeli. Siswa, teman, dan rekan tiba. Ikan bakar - dibawakan oleh salah satu teman nelayannya, jus, dan air sudah siap. Pada akhirnya, kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk José. Semuanya sesederhana yang bisa kami bayangkan. Namun, hari itu adalah hari yang penuh dengan energi positif yang menular.


Keesokan harinya, José membuat sekelompok pengendara sepeda dan mengatur pertemuan untuk tumpangan untuk perpisahan kami. Dia mengorganisir sebuah kelompok untuk menemani kami ke 'pintu keluar' Ciénaga ke Barranquilla.

 

Saat itu jam 5:10 pagi ketika kami meninggalkan rumah José. Kami berkendara bersama sekolompok peseda dari CIénaga sekitar 25 kilometer dan kemudian kami mengucapkan selamat tinggal.


Begitu kami pergi sendiri, kami mulai menangis. Kami berdua sangat diterima dengan baik sehingga momen menyendiri ini kembali membuat mata kami berdebar-debar. Luís mengaku bahwa dia tidak pernah menangisi perpisahan selama bertahun-tahun. Dia sangat bersemangat pada awalnya ketika dia mulai melakukan perjalanan pada tahun 2012. Kemudian itu menjadi semakin alami, dan dia akhirnya menyadari bahwa waktu telah berlalu. Dalam sekejap, tidak ada gunanya mengucapkan selamat tinggal. Hari ini kami menyimpan gagasan bahwa suatu hari kami masih dapat melihat diri kami sendiri di tempat lain. Jadi..,


Sampai jumpa lagi, José Franco!


 

2 hari setelah ini, José mengunjungi kami di Barranquilla. Ide kami tentang tidak ada "selamat tinggal" telah terkonfirmasi.

 




SEDIKIT
TENTANGKU

Selamat datang di KLETIKANKU!

 

Di sini, saya bercerita petualangan, pengalaman, dan gaya hidup yang kuyakini baik untukku.

Tidak ada daftar 10 teratas di sini.

Saya juga punya video-video yang

saya dan Luís buat selama perjalanan kami - di bawah ini!

 

Saya lebih dikenal sebagai Anyisa, seorang pesepeda turing Indonesia.

Jangan lupa ikuti saya di Instagram!

ARTIKEL TERKAIT

namibia dg bersepeda.jpg

eBook

Namibia dengan Bersepeda

namibia dg bersepeda2.jpg
kotak.jpg
Flazz BCA
Mandiri E-Toll

atau

Uang elektronik bertema bike touring yang bisa digunakan untuk transaksi non tunai: Membayar tol dan parkir, belanja di minimarket, dll. Mau?

bottom of page