top of page

Sebelum 'Perang' - Namibia dengan Bersepeda Pt. 1

Jet lag? Kata yang kami harapkan dan cukup menjelaskan keadaanku di hari pertama di Windhoek, Namibia. Kami tidak bisa tidur di pesawat yang membawa kami dari Sao Paulo, Brazil. Kami ‘pingsan’ dan baru bangun 13 jam di kemudian harinya.


Sebagai ibukota negara Namibia, Windhoek adalah kota yang sangat tenang kalau aku bandingkan dengan hiruk-pikuk beberapa ibukota di negara lainnya yang pernah aku kunjungi selama ini.

Selama kunjungan kami disini, kami tidak banyak berkeliling. Kami hanya berkunjung ke salah satu ikon Windhoek, Christus Kirche. Konon katanya, gereja luteran ini dipilih untuk dibangun di atas bukit bertujuan agar dapat terlihat dari jauh dan nama (Church of Christ) menyimbolkan perdamaian.

Selain itu, kami hanya menyiapkan logistik dan merencanakan petualangan Sebelum 'Perang' Namibia dengan bersepeda dimulai. Dalam hal ini, kami beruntung karena Duta Besar Indonesia di Windhoek, Bapak Eddy Basuki mengundang kami untuk menginap di kediamannya.

Beberapa hari itu juga kami mendapatkan kesempatan untuk menyebar luaskan petualangan kami lewat media-media Namibia. Mbak Asti, salah satu pegawai lokal di kedutaan besar Indonesia di Windhoek mengatur wawancara dengan Republikein, salah satu satu majalah terbesar di selatan Afrika. Dan juga berkesempatan berbicara di ‘Good Morning Namibia’ show dari NBC.


Kapana

Barang siapa yang mau merasakan kebudayaan di suatu negara, setidaknya harus mencoba turun ke jalan untuk mencoba pengalaman yang otentik, orisinal, dan tentunya tidak terlupakan.


Orang Namibia bangga akan daging merahnya. Salah satu kuliner yang terkenal disini adalah Kapana. Ini adalah salah satu ciri khas memasak daging mentah di perapian terbuka tanpa garam maupun bumbu. Selain daging merah, bisa juga menggunakan lemak, hati, mau pun jeroan.

Setelah daging dibakar, daging lalu dipotong kecil-kecil dengan ‘golok’ dan disajikan dengan ‘salsa’ yang terdiri dari rajangan bawang bombai dan tomat, ditambah cuka, cabai dan bumbu bbq, dan favorit kami, vetkoek (roti goreng) di samping. Kami suka roti goreng ini karena rasanya familiar dan karena kami tidak suka makan pedas, roti ini satu-satunya yang tidak pedas di makanan ini.

Selain itu hal positif yang bisa kami petik dari kapana adalah makanan ini ramah di dompet dan cepat jadi. Kita juga bisa pilih berapa banyak yang kita mau - semakin banyak, semakin mahal tentunya. Biasanya ada beberapa orang yang jual kapana di suatu tempat, jadi harganya bisa dinego.


Berangkat!

Setelah mengumpulkan informasi dari orang-orang lokal dan membaca beberapa blog, ternyata jalan yang akan kami lewati dari Windhoek ke Sossusvlei akan tidak mudah. Tidak ada pemukiman mau pun toko di antaranya - kira-kira berjarak 100km. Artinya kami harus membawa setumpuk makanan dan berbotol-botol air. Jarak yang ditempuh memang sepertinya tidak seberapa, tetapi kondisi jalanan disini buruk. Banyak jalanan berombak dan berdebu dari mobil-mobil yang lewat. Tidak lupa dengan cuaca yang panas dan kering yang mana kami belum terbiasa.

Semua informasi ini membuatku takut. Aku tidak yakin apakah aku bisa mengayuh sepedaku yang penuh dengan barang ini. Aku ragu bagaimana aku akan mengatasi masalah dengan tenang tanpa emosi seperti yang biasa terjadi. Aku takut mengganggu Luis jika aku merasa lelah dan tidak cukup kuat untuk melakukan perjalanan. Terutama setelah 4 bulan lebih tidak bersepeda, berat badanku naik 10kg! Aku merasa tidak fit sama sekali...


Aku tumpahkan semua ketakutanku ke Luis dan jujur aku terkejut ketika dia mengaminiku. Setelah semua yang dia dengar dan baca, dia juga tidak merasa percaya diri. Akhirnya kita memutuskan untuk melakukan perjalanan ini dengan ringan hati dan tanpa ada paksaan atau pun rasa bersalah jika nantinya salah satu dari kita merasa lelah dan mencari tumpangan di tengah perjalanan.


Orang bilang kita harus jadi pesepeda yang gila kalau mau ke Sossusvlei naik sepeda. Mungkin kita memang gila. Sepeda adalah alat transportasi yang kami punya dan kami pilih untuk petualangan kami. Kami mendukung satu sama lain untuk menaklukkan tantangan kali ini. Mungkin fisik kami kurang persiapan, tetapi kami percaya dengan mental kami yang sudah terlatih di medan-medan ekstrim di Amerika Selatan.

Suka ceritaku? silakan bagikan dengan teman dan keluarga, ya! Cheers!



 


SEDIKIT
TENTANGKU

Selamat datang di KLETIKANKU!

 

Di sini, saya bercerita petualangan, pengalaman, dan gaya hidup yang kuyakini baik untukku.

Tidak ada daftar 10 teratas di sini.

Saya juga punya video-video yang

saya dan Luís buat selama perjalanan kami - di bawah ini!

 

Saya lebih dikenal sebagai Anyisa, seorang pesepeda turing Indonesia.

Jangan lupa ikuti saya di Instagram!

ARTIKEL TERKAIT

namibia dg bersepeda.jpg

eBook

Namibia dengan Bersepeda

namibia dg bersepeda2.jpg
kotak.jpg
Flazz BCA
Mandiri E-Toll

atau

Uang elektronik bertema bike touring yang bisa digunakan untuk transaksi non tunai: Membayar tol dan parkir, belanja di minimarket, dll. Mau?

bottom of page